Rabu, 11 Februari 2009
Every Sin Is A Serious Sin
Ayat bacaan: Mazmur 25:11
======================
"Oleh karena nama-Mu, ya TUHAN, ampunilah kesalahanku, sebab besar kesalahan itu."
Kemarin malam saya makan di sebuah warung bersama istri saya. Setelah membayar dan beranjak keluar, saya menyadari bahwa kasirnya memberi kembalian yang salah, jauh melebihi kembalian yang seharusnya ia berikan. Saya segera kembali lagi dan mengembalikan uang lebih yang telah ia berikan kepada saya. Saya merasa sangat gembira karena memutuskan untuk mengembalikan uang tersebut dan tidak memanfaatkan kesalahan kasir itu demi keuntungan saya. Bayangkan jika sang kasir harus mengganti uang itu dengan gajinya sendiri. Tapi lebih dari itu, saya merasa senang karena sanggup bersikap jujur ketika ada kesempatan untuk memperoleh keuntungan meski dengan cara yang tidak benar. "tapi itu kan bukan salahmu? itu salah kasir... ya nasibnya deh.." itu mungkin kata dunia, bahkan terkadang kata-kata itu seolah "dibisiki" sebagai pembenaran agar kita terjerumus dalam dosa. Atau jangan-jangan jika kita melakukan itu, teman-teman kita bisa menertawakan kita dan berkata: "ah, sok alim!" Generasi yang sudah bengkok tentu akan melihat itu sebagai sebuah kesempatan yang alangkah sangat bodohnya jika tidak dimanfaatkan.
Dulu saya akan segera kabur jika kasir salah mengembalikan uang sehingga menguntungkan saya, tetapi saya menjadi orang yang protes duluan jika kesalahan kembalian itu merugikan saya. Jika naik pesawat, saya kerap mengambil majalah di pesawat, mengantungi gula bahkan sendok garpu. "saya kan sudah bayar mahal-mahal..wajar dong.." itu pikiran saya waktu itu. Bagi saya, dosa itu tidaklah seberapa. Toh saya tidak membunuh, saya tidak merampok bank, saya tidak memakai narkoba, saya tidak menyumpahi orang, saya tidak judi, saya tidak mabuk-mabukan dan sebagainya. Tapi itu adalah salah, karena dosa tetaplah dosa. Dosa tidak memandang besar atau kecil, karena dosa apapun tetap memisahkan kita dari Allah. "tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu." (Yesaya 59:2). Mengutil, mengambil sesuatu yang bukan hak kita, sekecil apapun, tetaplah sebuah dosa yang memisahkan kita dari Tuhan. Menyambung renungan kemarin, ketika Simon orang Farisi ditegur Tuhan (lihat injil Lukas 7:36-50), bukanlah menerangkan bahwa dosa Simon jauh lebih "kecil" dibanding dosa wanita yang berkubang dosa, namun teguran itu mengacu pada sebuah peringatan bahwa Simon tidak dapat atau tidak mau melihat dosanya sejelas wanita itu melihat dosanya. Begitulah manusia, kita seringkali menghakimi orang lain, melihat dosa-dosa orang lain dan merasa bahwa diri kita tidak seburuk mereka. Itu sebuah pandangan yang keliru, karena, sekali lagi, dosa tetaplah dosa. No matter what, no matter how. Hati kita bisa dengan cepat terkontaminasi dengan provokasi-provokasi dan tipu daya iblis. Hati adalah organ yang rentan, jika tidak kita jaga, hati kita akan penuh dengan kebusukan dan kelicikan dalam waktu yang sangat singkat. Yeremia pun menyadari itu. "Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?" (Yeremia 17:9). Kita tidak sadar, bahwa dengan berbuat dosa-dosa yang kita anggap "kecil" lengkap dengan pembenaran-pembenaran versi kita, kita sama buruknya dengan orang-orang yang kita anggap penuh dengan dosa besar.
Ketika kemarin kita melihat bahwa Tuhan Yesus disiksa, dipaku hingga mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa "yang besar" sekalipun, hari ini marilah kita menyadari bahwa Dia pun melakukannya demi dosa-dosa yang kita anggap kecil tadi. Yesus disalibkan karena kemalasan kita. Yesus disalibkan karena gosip-gosip kita. Yesus disalibkan karena kita mengutil majalah di pesawat. Yesus disalibkan karena kita memanfaatkan kekeliruan kasir. Yesus disalibkan karena kita membuang sampah sembarangan. Dan segudang dosa-dosa yang kita anggap tidak ada apa-apanya. Ingatlah bahwa semua dosa bersifat serius dan memisahkan hubungan kita dengan Allah. Menyadari itu, marilah malam ini kita berhenti mengkategorikan dosa. Mulailah menganggap dosa apapun itu sebagai sesuatu yang serius, dan berani mengakui seluruh dosa kita di hadapan Allah. Kita semua adalah manusia yang lemah, yang setiap saat tidak luput dari dakwaan dan tipu daya iblis. Lawanlah itu dengan membuka semua dosa dihadapan Allah dan sesama kita kemudian berhenti berbuat dosa. Jangan beri iblis peluang untuk menipu kita. Ketika godaan untuk itu datang, ingatlah bahwa Yesus telah disiksa, dipaku dan mati di atas kayu salib untuk seluruh dosa-dosa kita. Hargai dan bersyukurlah atas karya penebusan Kristus dengan berkomitmen untuk tidak berbuat dosa, walau se"kecil" apapun.
There's no such thing as a small sin... every sin is a serious sin!
Langganan:
Postingan (Atom)